INGAT!
Pemodal Orde Baru masih dominan di Indonesia!
Mereka ada dimana-mana cuma berganti kulit saja!




Education for Better Life ...Save Our Nation or Revolution...

Senin, 14 April 2008

Mei Merapat!

Kekerasan, apapun bentuknya, bukan tindakan seseorang yang berjiwa unggul
(Cindy Laila H)


Sepuluh tahun yang silam, April 1998, percikan-percikan kekerasan mulai meletup di Indonesia. Barangkali anda yang tinggal di Medan pada bulan itu, merasakan bagaimana aksi-aksi massa melebar meluber hingga ke jalan raya. Di pusat pertokoan Medan, saat aksi massa berlangsung dalam hitungan jam berkembang menjadi kerusuhan.

Di Solo, suhu politik April 1998 benar-benar naik menjadi 40 derajat celcius. Aksi massa yang dilakukan mahasiswa PTN dan PTS di Surakarta hampir terjadi setiap hari. Rakyat yang tinggal di sekitar kampus menjadi terbiasa dengan aksi massa dan mereka menjadi merasa satu dengan tuntutan-tuntutan mahasiswa. Aksi yang tadinya berpusat di sekitar kampus meluber hingga ke pusat-pusat kota. Dan anda tahu sendiri bagaimana akhirnya.

Jogjakarta, Jakarta, Denpasar dan Makassar tak kalah seru. Anda mungkin masih bisa mencari beritanya di kliping-kliping surat kabar kejadian demi kejadian di bulan April 1998.

Tapi mengapa selalu berujung kekerasan?

Siapa yang menyulut siapa, siapa yang terbakar oleh siapa. Itu pertanyaannya.

Lingkar kekerasan adalah sebuah relasi titik-titik dalam tubuh manusia. Dia bersifat manusiawi, artinya dimiliki oleh semua manusia. Dia bisa muncul tiba-tiba; tanpa kontrol ataupun di bawah kontrol.
Dia bisa juga disistimatiskan.

Seseorang yang berjiwa unggul adalah seseorang yang mampu merekayasa titik kekerasan di dalam tubuh menjadi "keberingasan berpikir" bukan "keberingasan bertindak".

Seorang Einstein adalah seseorang yang mampu merekayasa "titik kekerasan" di dalam tubuh menjadi 'keberingasan berpikir". Seorang Immanuel Kant juga contoh filsuf yang mampu merekayasa titik kekerasan. Juga Yesus, Beliau mampu merekayasa "titik kekerasan" di dalam tubuhnya (terlepas dari anugrah keilahian).
Bila anda pengagum setia Nietszche, sadar atau tidak dia banyak melakukan rekayasa kekerasan di dalam tubuhnya dan dituangkan dalam ide-ide tulisannya.

Seseorang yang acap dianggap "barbar" adalah saat dia merekayasa "titik kekerasan" di dalam tubuh menjadi luapan "kekerasan fisik".

Lantas anda berada dimana?


Re!






4 komentar:

Anonim mengatakan...

Konsep yang sama sekali baru saya dengar. Meski saya bukan pengagum nietszche, saya bisa memahami sedikit pemikirannya..ya lewat tulisanmu ini. Great inspiration!

Btw, tragedi Mei 10 taun lalu biarlah jadi sejarah kelam Indonesia...

Kristina Dian Safitry mengatakan...

mene kutehe..pada zaman dulu kala daku dilahirkan ditanah jawa.bukan dimedan. jadi aku gak tahu bagaimana percikan kembang api peperangan,ha..ha...

rizky mengatakan...

Saat itu aQ mungkin masih duduk di Bangku SD..? jadi gak tau menau soal itu. Sempat terdengar ditelinga Ku kalo pada taun 98 sampai 99, ada Kerusuhan

Anonim mengatakan...

Setuju ...
Tapi jangan sampai Anti kekerasan tapi terjebak memicu kekerasan. Banyak loh orang sok tanpa dosa tapi komentarnya mancing-mancing emosi orang.

Salam kenal deh sekalian