INGAT!
Pemodal Orde Baru masih dominan di Indonesia!
Mereka ada dimana-mana cuma berganti kulit saja!




Education for Better Life ...Save Our Nation or Revolution...

Minggu, 23 Maret 2008


“Oleh Karena Engkau, Kami Ada Dalam Bahaya Maut Sepanjang Hari”

Ketakutan yang berlebih akan kematian pada dasarnya adalah hal mendasar yang di miliki manusia. Oleh karena pada hakekatnya manusia memimpikan keabadian.


Menjadi abadi itulah yang menjadi motivasi bawah sadar manusia untuk melakukan sesuatu tindakan.


Mereka-reka keabadian yang diimpikan, maka manusia menciptakan “dunia abadi” sesudah alam kematian. Di dalam Yahudi, Kristen dan Islam disimbolkan dengan gagasan surga dan neraka. Dua konsep keabadian yang menjadi akhir manusia. Bila manusia hidup di dunia berbuat jahat, maka dia akan masuk dalam dunia neraka yang abadi. Sedangkan bila dia baik, maka dia akan masuk ke keabadian surga.


Sedangkan di dalam Hindu, dengan konsep reinkarnasi dan karmapala, manusia yang hidup di dunia melakukan tindakan jahat akan terlahir kembali ke dunia berkali-kali dengan karma (balasan) sesuai dengan apa yang telah dilakukan. Proses kelahiran kembali ke dunia merupakan sebuah penderitaan. Bila seseorang ingin terlepas dari penderitaan, maka dia harus berbuat baik. Bila seseorang mati dan tak terlahir lagi maka dia akan moksa (keabadian sejati). Saat manusia moksa maka dia telah terlepas dari penderitaan abadi. Dia tak lagi melewati proses reinkarnasi.


Keputusasaan manusia akan keabadian yang mereka impikan, menyebabkan manusia menciptakan konsep kiamat.


Manusia tersadar bahwa mereka memiliki keterbatasan; keterbatasan benda-benda akan waktu dan keterbatasan hidup akan waktu. Kiamat merupakan penanda besar semua keterbatasan. Sekaligus penanda besar akhir keterbatasan.


Dari penanda besar tersebut (kiamat), manusia menginginkan menuju sebuah dunia keabadian yang baru (surga dan neraka) ataupun sebuah proses penciptaan (dunia) baru.


Sialnya, konsep baik dan buruk merupakan hal yang tidak pasti. Artinya tidak ada kesepakatan bersama semua manusia untuk menyatakan “X” adalah buruk atau “X” adalah baik.

Jadi, benarkah agama-agama adalah sebuah pilihan frustasi manusia?



Re!



2 komentar:

Kesehatan Gigi mengatakan...

Kualitas pendidikan di indonesia memang agak kurang, namun dengan situasi seperti ini sebaiknya kita tidak terbawa arus yang memang akan menyesatkan kita, beberapa tindakan yang diambil pemerintah saat ini merupakan upaya yang positif, namun tidak dibarengi dengan tanggapan yang positif pula oleh pelajar maupun orang tua. untuk masalah agama saya rasa anda orang yang cukup netral. ngomong2 anda agama apa yah? saya kurang setuju kalau agama dijadikan kedokmaupunalasan lain. menurut saya agama merupakan salah satu jalan kita untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. namun setiap orang bebas untuk berekspresi, berkata dan bertingkah laku namun harus dapat dipertangung jawabkan. salut buat anda yangmasih persuli akan pendidikan indonesia.

Anonim mengatakan...

agama sebagai pilihan orang-orang yang frustrasi????????tergantung manusianya akan menempatkanya, karena manusia mempunyai keyakinan yang berbeda-beda.